Berabad~abad sebelum tarikh Masehi, orang-orang Cina percaya kalau
dunia dijaga oleh empat makhluk sakti. Naga berjaga di Timur, Kilin di
Barat, Burung Hong di Selatan dan Kurakura di Utara. Cina berada di
tengah kawasan yang dijaga itu.
Naga
Naga Cina disebut Long dalani bahasa Mandarin, dan Liong dalarn dialek
Hokian. Ia mulai dikenal sejak kira~kira 3.000 tahun yang lalu.
Penampilannya berbeda dengan Naga Jawa yang seperti ular bermahkota,
dengan Naga Eropa yang mirip dinosaurus bersayap dan dengan Naga India
yang sering digambarkan mirip uiar kobra.
Naga Cina ada bermacam-macam jenisnya. Yang paling dikenai adalah yang
hijau kebiruan.
Kepalanya dikatakan seperti kepala kuda atau unta, tetapi bermisai.
Giginya runcing seperti gigi harimau, tanduknya seperti milik rusa
jantan raksasa, sedangkan matanya seperti mata keiinci. Ada pula yang
menyatakan matanya seperti mata setan. Daun telinganya seperti miiik
lembu jantan. Tubuhnya panjang seperti ular, ditutupi 117 sisik yang
bentuknya seperti sisik ikan ernas. Keempat kakinya niemiliki cakar
seperti elang. Cakarnya bias lima, empat atau tiga.
Soal cakar ini tidak boleh sembarangan. Naga adalah lambang kaisar
Cina. Curna naga kekaisaran yang boleh meniiiiki lima cakar. Pakaian
pembesar di bawah kaisar cuma boleh dihias dengan naga bercakar empat.
Naga bercakar tiga adaiah miiik orang-orang yang berkedudukan sosiai
lebih rendah lagi.
Naga yang berpenampilan demikian dikenal pula di Jepang, Korea dan di
Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Konon naga kekaisaran Korea di
Istana Gyeongbok yang terletak di sebeiah utara Seoul memiiiki tujuh
cakar, tetapi disembunyikan di atas kasau penyangga atap supaya tidak
ketahuan kaisar Cina. Akhirnya Jepang yang menghancurkan istana itu,
bukan Cina.A1asannya pun bukan karena naga bercakar tujuh.
Naga kerap digambarkan dikelilingi air atau awan. Makhluk ini diagungkan
karena dipercaya memiliki kekuasaan dan kesaktian yang luar biasa. Ia
bisa terbang, bisa pula hidup di dasar lautan dan ada pula yang tinggal
di dalam tanah.
Naga Cina umnmnya dianggap sebagai pelindung, penolak bala, pemberi
rezeki dan kesuburan karena menurunkan hujan, Walaupun kalau sedang
murka bisa mendatangkan kemarau panjang dan banjir di darat serta badai
di laut.
Hiasan berupa naga pada pakaian, bangunan, perabot rumah tangga, keramik
dsb. dianggap bias menolak bala dan memberi keberuntungan. Jadi berbeda
dengan Naga Eropa yang dianggap sebagai makhluk jahat pembawa bencana.
Sampai saat ini, kain batik untuk menggendong anak, banyak yang masih
dihiasi dengan gambar naga.
Banyak orangtua Cina mengharapkan putranya “menjadi naga artinya sukses
dan berkuasa. Harapan ini di antaranya dinyatakan dengan rnemberi nama
“Long” atau “Lung/Loong” atau “Liong” kepada anaknya. Kadang-kadang ada
anak bernama “Long” atau “Leong” atau “Liong” yang sering sakit
gara-gara “keberatan namaf sehingga harus diberi nama baru dalam usaha
menyembuhkannya.
Bukan cuma orang, konon ikan pun banyak yang ingin menjadi naga. Untuk
itu mereka harus berusaha mengatasi pelbagai kesulitan dalam mencapai
air terjun “Gerbang Naga” di Sungai Kuning. Kalau mereka berhasil
melompati air terjun itu, berarti mereka lulus ujian dan berubah menjadi
naga.
Tiap jenis naga memiliki tugas yang berbeda. Yang banyak dikenal di
Indonesia adalah Donghai Longwang, Raja Naga dari Laut Timur. Tokoh itu
dalam dialek Hokian biasa disebut Hai Liong Ong.
Burung hong
Burung hong (fenghuang) sering disebut sebagai phoenix, Walaupun sebenarnya berbeda dari phoenix yang berasal dari Mesir.
Pada kain-kain batik di Indonesia ia digambar kan berbeda-beda.
Kadang-kadang penampilannya rnirip burung kuao dengan ekor panjang dan
indah. Kadang-kadang distilasi sehingga cuma berbentuk garis-garis
sederhana. Burung hong bisa merah, bias juga berwarna-warni. Konon
warna-warna pada bulu burung itu melambangkan lima sifat baik yang patut
diutamakan. Hitam melambangkan kesetiaan, putih kejujuran, merah
kesantunan, hijau keadilan dan kuning kemurahan hati.
Kalau Naga bersifat yang, maka burung hong bersifat yin. Kalau naga
merupakan lambang kaisar, maka burung hong melambangkan permaisuri.
Kalau naga melambangkan keperkasaan, maka burung hong melambangkan
kelembutan dan keanggunan. Di Jawa pada masa yang silam, burung hong
pada batik dianggap penolak bala.
Naga yang disandingkan dengan burung hong melambangkan kebahagiaan pernikahan.
Kilin
Qilin atau kilin adalah makhluk bertubuh seperti rusa tetapi bersisik
seperti ikan emas. Kepalanya seperti naga, lengkap dengan tanduknya. Ada
kilin yang digambarkan cuma memiliki satu tanduk, sehingga Salah kaprah
dikatakan Unicorn Cina. Kuku kakinya seperti kuku sapi, Walaupun ada
yang mengatakan seperti kuku kuda. Ekornya seperti ekor singa, tetapi
ada yang menggamharkannya seperti ekor Sapi. Kadang-kadang tubuhnya
digambarkan berapi-api.
Walaupun penampilannya sangar, kilin dianggap makhluk yang lembut. Ia
melangkah hati-hati supaya ticlak menginjak makhluk dan bahkan juga
tanaman hidup. Kilin dikatakan Vegetarian. Bahkan ia hanya makan rumput
yang sudah kering, bukan rumput hidup. Ia mampu berjalan cli atas air.
Konon kilin muncul menjelang kelahiran orang bijak seperti umpamanya
Kong Fuzi, yang di Indonesia lebih dikenal sebagai Kong Hu Cu (551-479
SM), seorang pemikir dan filsuf sosial yang termasyhur.
Selain mengisyaratkan kabar baik, kilin melambangkan kemurnian,
kebenaran, keadilan, kemak-muran Serta kedamaian. Ia juga dianggap
pemberi kesuburan kepada orang-orang yang mandul.
Ketika Laksamana Zheng He (1371-1435) kembali ke Cina dari salah satu
perlawatannya, ia membawa sepasang jerapah dari Afrika Timur. Banyak
orang mengira binatang itu kilin, padahal lehernya sangat panjang.
Laksamana Zheng He, seorang kasim yang beragama Islam, sempat singgah di
beberapa pelabuhan di Nusantara. Di Indonesia ia lebih dikenal sebagai
Laksarnana Cheng Ho. Di Semarang ada kelenteng tempat ia dipuja dan
disebut Sam Poo Kong.
Kilin sudah dikenal pada abad ke-5 sebelum Masehi. Namun, kemudian
kedudukannya sebagai penjaga dunia digantikan oleh harimau putih.
Kura-kura
Dari empat makhluk penjaga dunia itu, hanya kura-kura yang bisa kita
saksikan dalam kehidupan nyata. Tempurung kura-kura bagian atas dianggap
sebagai kubah langit atau surga dan bagian bawahnya sebagai bumi.
Karena umur kura-kura relative panjang, ia dijadikan lambang panjang
umur dan bahkan keabadian.
Kuta-kura menjadi pahlawan yang tangguh dalam banyak legenda Cina,
sehingga disebut “Pejuang Hitam” yang melambangkan kegigihan, kekuatan
dan tidak terternbus musuh.karena itulah tentara kaisar membawa bendera
naga yang melambangkan kekuatan yang tak tertahankan dan bendera
kura-kura yang melambangkan pertahanan yang tidak tertembus lawan.
Selain itu, kura-kura dianggap mengundang rezeki dan nasib baik. Sampai
sekarang, masih dikenal sesaji dan penganan dari tepung ketan yang
dicetak berbentuk kura-kura. Kue ku ketan yang diisi adonan kacang itu
rasanya manis dan dibuat untuk mengundang kemakmuran, keserasian dan
kearnanan, Walaupun kini di Indonesia sebagian orang menganggapnya
sebagai penganan biasa.