Di saat santai, mereka memakai baju tidak berkerah. Celananya dari batik tipis, bermotif bunga-bunga merah dan biru, ada pula yang bergambar kupu-kupu dan naga. Dulu batik memang menjadi pakaian santai sehari-bari kaum pria Eropa dan Indo-Eropa. Bukan sebagai kemeja, tetapi sebagai celana. Celana pangsi adalah celana yang panjangnya lebih bawah sedikit dari lutut dan longgar, sehingga nyaman dipakai.
Walaupun untuk pakaian santai, batik tulis untuk celana pangsi, memiliki motif yang tidak sembarangan. Tidak jarang motifnya sama dengan yang digunakan untuk pakaian perempuan. Motif apapun bisa dijadikan celana pangsi, entah itu swastika, burung, atau bunga dan naga sekali pun, seperti yang dilihat Augusta de Wit. Sama dengan kain panjang ataupun kain sarung, bahan untuk celana pangsi ini pun memiliki ukuran yang sudah pasti, biasanya Sekitar 160x106 cm, dengan toleransi perbedaan panjang dan lebar 1-2 cm. Bahan untuk celana pangsi dihasilkan di kota~kota terkenal yang memproduksi batik pada umumnya, antara lain Pekalongan, Cirebon, Lasem, Temanggung, Madura, Juwana.
Salah seorang yang diketahui memproduksi bahan untuk celana pangsi adalah Gan Tjoe Liam di Pekalongan. Walaupun sudah ada kain khusus untuk celana pangsi, tapi ada juga orang yang memanfaatkan kain panjang. Padahal tata letak motif di bahan khusus untuk celana pangsi sudah diperhitungkan agar kelak jatuhnya simetris di kaki celana kiri dan kanan. Celana pangsi yang Anda lihat ini dibuat tahun 1890 dan 1900. Mulai tahun 1920 orang-orang Eropa dau keturunan Eropa mulai meniuggalkan batik sebagai pakaian sehari-hari, sehingga pada tahun 1930~an praktis tidak ada ltgi yang mempergunakannya dan kini menjadi buruan kolektor.
No comments:
Write komentar