Di masa yang lampau, bagi banyak penduduk Indonesia, batik merupakan
barang yang menyertai mereka dari lahir sampai meninggal. Bayi digendong
atau dibuai dengan kain batik. Ranjangnya rnungkin dialasi dengan
batik. Kalau ia menangis, ibunya menyapu air matanya dengan ujung kain
batiknya. Kemudian ia memanfaatkan batik sebagai selirnut atau pakaian
atau ikat kepala.
Ketika ia tua dan meninggal, jenazahnya dibaringkan di atas hamparan
kain batik atau ditutupi dengan kain batik sebelum dibawa ke makam.
Perempuan Cina peranakan banyak yang dibekali batik kesayangannya saat
dimasukkan ke peti jenazah.
Di masa yang lampau, batik memang akrab dengan manusia Indonesia dan
memberi rasa aman. Menurut Rens Heringa, di Tuban selendang untuk
gendongan disebut sayut. Sayut artinya “membalut”, “melingkar”, “bersatu
membela sesama”, Sementara dalam bahasa Jawa Kuno, sayut berarti
menolak bala.
Motif yang ada pada sayut ini pun sarat makna. Misalnya, sayut dengan
satu warna (biru), biasanya disebut putihan, dianggap mempunyai kekuatan
untuk melindungi anak. Konon menurut filsafat orang Jawa, warna
biru-putih berhubungan dengan arah timur laut, yang terletak antara arah
utara (kematian) dan timur (kelahiran), yaitu daerah siklus kehidupan
manusia yang berulang.
Meskipun banyak orang menggunakan kain panjang sebagai aiat untuk
menggendong anak, sebenarnya ada batik yang khusus dibuat untuk
gendongan. Panjangnya sekitar 300 X 80 cm atau 300 X 100 cm, dengan
perbedaan ukuran yang tak jauh dari itu.
Kota-kota penghasil batik yang diketahui memproduksi gendongan antara
lain adalah Lasem, Pekalongan, Madura, Juwana, Cirebon dan Tasik malaya.
Meskipun gendongan umumnya memiliki kepala seperti kain sarung, ada
juga gendongan tanpa kepala yang sepintas mirip seperti kain panjang.
Motif kain gendongan ini juga cukup variatif dan banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Cina. Dari yang motif buketan sampai motif hewan. Motif
hewan biasanya sarat dengan symbol di dalamnya. Bagi kaum Cina
peranakan, gajah misalnya melambangkan kekuatan, memiliki moral yang
tinggi, dan kesabaran. Sementara kilin yang melambangkan kebijakan
dianggap sebagai penjaga pintu surga. Dengan memakai gendongan bermotif
kilin diharapkan si anak akan mendapatkan rasa aman. Angsa dimaknai
sebagai lambang keindahan, burung hong dianggap menjadi lambing kebaikan
atau keberhasilan. Kupu-kupu melambangkan cinta kasih. Jika burung
melambangkan kebahagiaan, maka anjing melambangkan keuntungan yang akan
diperoleh. Bahkan kalajengking yang beracun, dianggap penghalau roh
jahat.
Selain hewan, motif flora juga memiliki arti yang bermacam-macam. Bunga
teratai misalnya, dipercaya akan membawa keberuntungan bagi anak yang
digendong, bunga botan, anggur dan sulur mencerminkan umur panjang.
Thursday, 28 February 2019
Gendongan Memberi Rasa Aman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write komentar