Thursday, 28 February 2019

Gendongan Memberi Rasa Aman

Di masa yang lampau, bagi banyak penduduk Indonesia, batik merupakan barang yang menyertai mereka dari lahir sampai meninggal. Bayi digendong atau dibuai dengan kain batik. Ranjangnya rnungkin dialasi dengan batik. Kalau ia menangis, ibunya menyapu air matanya dengan ujung kain batiknya. Kemudian ia memanfaatkan batik sebagai selirnut atau pakaian atau ikat kepala.
Ketika ia tua dan meninggal, jenazahnya dibaringkan di atas hamparan kain batik atau ditutupi dengan kain batik sebelum dibawa ke makam. Perempuan Cina peranakan banyak yang dibekali batik kesayangannya saat dimasukkan ke peti jenazah.
Di masa yang lampau, batik memang akrab dengan manusia Indonesia dan memberi rasa aman. Menurut Rens Heringa, di Tuban selendang untuk gendongan disebut sayut. Sayut artinya “membalut”, “melingkar”, “bersatu membela sesama”, Sementara dalam bahasa Jawa Kuno, sayut berarti menolak bala.
Motif yang ada pada sayut ini pun sarat makna. Misalnya, sayut dengan satu warna (biru), biasanya disebut putihan, dianggap mempunyai kekuatan untuk melindungi anak. Konon menurut filsafat orang Jawa, warna biru-putih berhubungan dengan arah timur laut, yang terletak antara arah utara (kematian) dan timur (kelahiran), yaitu daerah siklus kehidupan manusia yang berulang.
Meskipun banyak orang menggunakan kain panjang sebagai aiat untuk menggendong anak, sebenarnya ada batik yang khusus dibuat untuk gendongan. Panjangnya sekitar 300 X 80 cm atau 300 X 100 cm, dengan perbedaan ukuran yang tak jauh dari itu.
Kota-kota penghasil batik yang diketahui memproduksi gendongan antara lain adalah Lasem, Pekalongan, Madura, Juwana, Cirebon dan Tasik malaya. Meskipun gendongan umumnya memiliki kepala seperti kain sarung, ada juga gendongan tanpa kepala yang sepintas mirip seperti kain panjang.
Motif kain gendongan ini juga cukup variatif dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Cina. Dari yang motif buketan sampai motif hewan. Motif hewan biasanya sarat dengan symbol di dalamnya. Bagi kaum Cina peranakan, gajah misalnya melambangkan kekuatan, memiliki moral yang tinggi, dan kesabaran. Sementara kilin yang melambangkan kebijakan dianggap sebagai penjaga pintu surga. Dengan memakai gendongan bermotif kilin diharapkan si anak akan mendapatkan rasa aman. Angsa dimaknai sebagai lambang keindahan, burung hong dianggap menjadi lambing kebaikan atau keberhasilan. Kupu-kupu melambangkan cinta kasih. Jika burung melambangkan kebahagiaan, maka anjing melambangkan keuntungan yang akan diperoleh. Bahkan kalajengking yang beracun, dianggap penghalau roh jahat.
Selain hewan, motif flora juga memiliki arti yang bermacam-macam. Bunga teratai misalnya, dipercaya akan membawa keberuntungan bagi anak yang digendong, bunga botan, anggur dan sulur mencerminkan umur panjang.



No comments:
Write komentar

Kode iklan yang sudah di parse